Peningkatan Pembelian iPhone di Amerika Serikat
Pada awal tahun 2025, Apple mencatat adanya peningkatan signifikan dalam pembelian iPhone oleh konsumen di Amerika Serikat. Hal ini terjadi akibat kekhawatiran masyarakat terhadap potensi kenaikan harga iPhone sebagai dampak dari kebijakan tarif impor resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.
CEO Apple, Tim Cook, menyatakan bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa kekhawatiran dan kepanikan terkait harga iPhone memang nyata. Menurutnya, sekitar satu dari sepuluh poin pertumbuhan penjualan saat ini berasal dari kekhawatiran terkait tarif Trump. Meski demikian, Cook tidak merinci secara spesifik kapan atau berapa banyak iPhone yang terjual akibat aktivitas panic buying tersebut. Ia juga tidak menyebut model iPhone apa saja yang menjadi penyebab peningkatan penjualan.
Pada Mei lalu, Cook sempat berjanji bahwa harga iPhone tidak akan naik karena semua efek tarif Trump akan dibebankan kepada Apple. Untuk mengimbangi hal ini, Apple berencana menambah biaya operasional hingga 900 juta dollar AS (sekitar Rp 14,8 triliun) agar harga iPhone tetap stabil. Dengan demikian, pengguna Apple di AS tidak perlu khawatir tentang kenaikan harga.
Perpindahan Produksi ke India
Selain menambah biaya operasional, Apple juga aktif melakukan diversifikasi produksi. Sebelumnya, Apple lebih banyak merakit produknya di Tiongkok. Namun, kini perusahaan asal Cupertino tersebut mulai membagi beban perakitan ke negara-negara lain seperti India dan Vietnam.
India dan Vietnam memiliki tarif impor yang lebih rendah dibanding Tiongkok. Berdasarkan laporan BBC per 1 Agustus, tarif impor barang untuk Tiongkok adalah sebesar 30 persen, sementara India 25 persen, dan Vietnam 20 persen. Cook menjelaskan bahwa kebijakan tarif Trump saat ini mayoritas berdampak pada produk dari Tiongkok. Saat ini, sebagian besar iPhone yang dijual di AS berasal dari India, sehingga tidak terlalu terkena dampak tarif Trump yang fokus pada Tiongkok.
Untuk produk lain seperti Mac, iPad, dan Apple Watch yang dijual di AS, sebagian besar berasal dari Vietnam. Meski begitu, produk yang dijual di luar AS masih mayoritas berasal dari Tiongkok. Meskipun Apple telah berusaha menghindari beban tarif tambahan, situasi terkait tarif Trump dan harga iPhone di AS tetap dinamis dan bisa berubah-ubah.
iPhone sebagai Penyumbang Pendapatan Terbesar
iPhone menjadi salah satu produk yang sangat penting bagi bisnis Apple. Produk ini menjadi salah satu penyumbang pendapatan terbesar dalam setiap laporan keuangan Apple tiap kuartal. Pada kuartal III tahun fiskal 2025, Apple mencatat pendapatan sebesar 94 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.551 triliun), naik 10 persen dari periode yang sama tahun lalu.
iPhone menyumbang sekitar 47 persen dari total pendapatan Apple di periode ini, yaitu dengan angka 44,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 734 triliun). Angka ini naik sekitar 13 persen dari periode yang sama tahun lalu. Kala itu, penjualan iPhone tercatat di angka 39,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 647 triliun).
Di bawah iPhone, layanan Apple menjadi penyumbang keuntungan terbesar kedua dengan angka 27,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 452 triliun). Layanan Apple termasuk beberapa layanan berbayar seperti iCloud, Apple Music, Apple TV, dan Apple Arcade. Kontribusi pendapatan dari layanan Apple diikuti dengan Mac di angka 8 miliar dollar AS (sekitar Rp 132 triliun), serta Wearables, Home, dan Accessories dengan 7,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 122 triliun), dan iPad dengan 6,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 107 triliun).

