Sabtu, Desember 6, 2025
BerandaUncategorizedSarah Murray Khawatir Vogue Gunakan AI untuk Iklan

Sarah Murray Khawatir Vogue Gunakan AI untuk Iklan

Kekhawatiran Model Fashion terhadap Penggunaan Model AI

Seorang model komersial bernama Sarah Murray mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penggunaan model buatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam industri fashion. Ia pertama kali merasa khawatir pada tahun 2023 ketika melihat model AI berupa seorang wanita muda yang memakai gaun denim dari merek Levi’s.

Murray menyatakan bahwa dunia modeling sebagai profesi sudah cukup menantang, dan kini harus bersaing dengan standar kesempurnaan digital yang bisa dicapai melalui AI. Dua tahun setelah kejadian tersebut, kekhawatirannya semakin meningkat karena banyak merek fashion yang mulai bereksperimen dengan model AI. Salah satu contohnya adalah iklan Guess yang tampil di edisi cetak majalah Vogue Juli, yang menjadi kontroversi di kalangan masyarakat.

Vogue dikenal sebagai acuan bagi para profesional fashion dalam menentukan apa yang dapat atau tidak dapat diterima dalam industri. Meski model AI dirasa lebih cocok untuk editorial, Vogue tetap mengklaim bahwa iklan tersebut memenuhi standar periklanannya.

Model E-Commerce Terancam oleh Otomatisasi

Sinead Bovell, model dan pendiri organisasi WAYE yang juga menulis tentang model CGI untuk Vogue, mengatakan bahwa model e-commerce adalah pihak yang paling terancam oleh otomatisasi. Model e-commerce biasanya berpose untuk iklan atau memajang pakaian dan aksesori untuk pembeli online. Penampilan mereka dinilai lebih realistis dan mudah dipahami dibandingkan model kelas atas yang penampilannya lebih mencolok.

Bovell menjelaskan bahwa e-commerce menjadi sumber penghasilan utama bagi sebagian besar model. Meskipun tidak selalu menjanjikan ketenaran atau prestise, namun tetap memberikan keamanan finansial. Di sisi lain, Paul Mouginot, teknisi seni yang pernah bekerja dengan merek-merek fashion ternama, mengatakan bahwa bekerja dengan model manusia sangat mahal, terutama jika harus memotret mereka dengan berbagai pakaian, sepatu, dan aksesori.

AI kini memungkinkan merek untuk memakaikan produk pada model virtual, bahkan dapat memposisikan model tersebut dalam pengaturan yang koheren dan menghasilkan gambar seperti editorial model asli.

Lebih Mudah dan Murah Menggunakan Model AI

Amy Odell, penulis mode sekaligus biografi Gwyneth Paltrow, menyatakan bahwa saat ini akan jauh lebih murah bagi merek fashion untuk menggunakan model AI. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan konten yang semakin banyak dan terus bertambah. Dengan model AI, merek dapat menghemat biaya iklan cetak atau bahkan feed TikTok mereka.

PJ Pereira, pendiri perusahaan periklanan Silverside AI, menjelaskan bahwa penggunaan model AI bergantung pada skala. Setiap percakapan Silverside AI dengan merek fashion selalu berpusat pada fakta bahwa sistem pemasaran yang ada hanya memproduksi empat konten besar per tahun. Media sosial dan e-commerce menjadi faktor pemicu perubahan di masa kini, yang membuat merek butuh sekitar 400 hingga 400.000 konten.

Menurut Pereira, peningkatan skala ini tidak akan cukup ditangani hanya dengan penyesuaian proses. Ia menyatakan bahwa diperlukan sistem baru, meskipun orang-orang cenderung marah dan mengasumsikan hal ini hanya tentang meraup keuntungan dari para artis dan model, padahal bukan itu yang ia lihat.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular