Potensi AI dalam Pendidikan: Meringankan Beban Guru dan Siswa
Google mengungkapkan bahwa kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar untuk membantu guru dalam menjalankan tugas sehari-hari serta mempersonalisasi proses belajar-mengajar. Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan pada 7 Agustus 2025, Stewart Miller, Google for Education, Lead Marketing for Asia Pacific, menyampaikan bahwa pendidikan adalah salah satu industri dengan tingkat tekanan tertinggi. Guru dan siswa sama-sama menghadapi tantangan berat, dan Google ingin hadir sebagai solusi.
Miller menjelaskan bahwa pelajar di seluruh dunia menghabiskan hingga 50 jam per minggu untuk belajar, yang sering kali menyebabkan kelelahan. Ia menyoroti penelitian di Irlandia yang menunjukkan bahwa penggunaan AI seperti Gemini dapat menghemat waktu belajar hingga 10 jam per minggu. Ia berharap hal serupa bisa terjadi di Indonesia, sehingga beban kerja siswa bisa berkurang dari 50 jam menjadi 40 jam per minggu.
Fitur Gemini for Education
Google meluncurkan versi khusus dari model AI Gemini, yaitu Gemini for Education, yang dirancang khusus untuk kebutuhan pendidikan. Fitur ini dirancang agar mudah digunakan dan tetap berada dalam kendali pihak sekolah. Menurut Miller, fitur ini bisa membantu guru dalam menyusun rencana pelajaran, membuat materi ajar, hingga memberikan umpan balik kepada siswa secara lebih efektif. Ia menyebutnya sebagai “asisten pribadi untuk setiap guru dan siswa.”
Selain itu, Gemini for Education dilengkapi dengan perlindungan data dan dikendalikan oleh sekolah. Teknologi ini juga ditawarkan secara gratis bagi pelajar di Indonesia, sehingga semua siswa bisa memanfaatkannya tanpa mengkhawatirkan biaya.
Pentingnya Pemahaman Etika dalam Penggunaan AI
Penggunaan AI dalam dunia pendidikan tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang etika. Guru perlu memahami prinsip etika penggunaannya, terutama di tingkat sekolah dasar. Dadan Irsyada, guru SDN 061 Cijerah Kota Bandung sekaligus Google Certified Educator, menekankan bahwa sebelum AI digunakan secara luas dalam pembelajaran, para pendidik harus memahami cara menggunakannya secara benar.
Menurutnya, pemahaman etika ini juga menjadi arahan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Ia menegaskan bahwa guru tetap memegang peran utama dalam mengontrol hasil penggunaan AI di kelas. “Balik lagi AI itu yang menjadi fungsinya adalah kita tetap menjadi kontrol utamanya sebelum menyakinkan ini bisa digunakan,” ujarnya.
Dadan menambahkan bahwa manfaat AI seperti Gemini akan lebih terasa oleh para guru yang sudah mencobanya. Namun ia mengingatkan agar penggunaannya disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa, terutama di jenjang pendidikan dasar.
Dampak Utama AI dalam Kehidupan Masyarakat
Sandhika Galih, dosen Universitas Pasundan sekaligus developer dan konten kreator, menilai bahwa AI telah membawa dua dampak utama dalam kehidupan masyarakat, yaitu akselerasi pembelajaran dan demokratisasi akses teknologi. “Kita bisa belajar lebih cepat, kita bisa tahu sesuatu lebih cepat, kita bisa bikin sesuatu lebih cepat pakai AI,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya aspek demokratisasi dalam penggunaan AI. Jika dulu AI hanya dapat diakses oleh kalangan akademisi atau peneliti, kini teknologi tersebut bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, tanpa batasan usia atau lokasi geografis. Hal ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga sarana untuk meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan.

