Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedTak Hanya Curhat, AI Juga Berdampak Ini Menurut Dosen UGM

Tak Hanya Curhat, AI Juga Berdampak Ini Menurut Dosen UGM

Perkembangan Teknologi AI dan Dampaknya pada Hubungan Manusia

Dalam era yang semakin terhubung oleh teknologi, banyak orang kini merasa nyaman untuk berbagi perasaan atau curhat kepada AI seperti ChatGPT atau platform lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya sekadar alat bantu, tetapi juga mulai menjadi bagian dari kehidupan emosional manusia. Perkembangan teknologi AI tidak hanya memudahkan aktivitas sehari-hari, tetapi juga menciptakan hubungan emosional antara manusia dengan mesin.

Seorang dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mashita Phitaloka Fandia Purwaningtyas, memberikan pandangan mengenai isu ini dari sudut pandang struktural. Menurutnya, kondisi sosial yang dihasilkan oleh kapitalisme modern memperparah rasa kesepian dan keterasingan, terutama dalam lingkungan urban yang serba cepat dan kompetitif. AI hadir sebagai alternatif hubungan yang lebih sederhana, tanpa tuntutan, dan bisa beradaptasi dengan setiap individu.

“AI saat ini sudah mampu memahami realita dunia manusia dan menciptakan ekosistem yang dapat beradaptasi dengan setiap pengguna,” ujarnya dalam Diskusi Komunikasi Mahasiswa (Diskoma) bertema “Jatuh Cinta dengan AI: Tren Komunikasi AI melalui Curhat dan Romantisasi Secara Daring”.

Meskipun demikian, Mashita mengingatkan adanya risiko privasi dan data pribadi yang perlu diwaspadai. Ia menegaskan bahwa teknologi tidak bebas nilai karena dibangun oleh sistem dan perusahaan yang memiliki orientasi keuntungan. Di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, AI menawarkan kenyamanan emosional tanpa biaya emosional maupun finansial seperti dalam hubungan manusia. Namun, kita sering lupa bahwa teknologi dan AI itu tidak bebas nilai.

Pembahasan tentang hubungan manusia dengan AI menciptakan ruang diskusi baru yang menarik. Manusia kini tidak hanya hidup berdampingan dengan teknologi, tetapi juga hidup di dalam teknologi itu sendiri. Fakta ini bisa menjadi kemajuan sekaligus tantangan bagi dinamika komunikasi manusia.

Naufal Firosa, founder Sekolah Cemerlang, menjelaskan daya tarik AI dalam komunikasi emosional muncul dari kebutuhan manusia akan ruang aman, keintiman tanpa konflik, dan kehadiran yang konsisten. Fenomena ini berdampak pada terbentuknya ekspektasi komunikasi yang tidak realistis dalam relasi manusia sehari-hari.

AI dirancang untuk mengikuti struktur komunikasi manusia dengan memberikan unsur humanisme dalam bentuk validasi dan interaksi emosi. Kemudian terciptalah kenyamanan pengguna untuk terus berinteraksi dengan AI.

“Ketika kita terbiasa mendapatkan validasi dari AI yang tidak pernah menolak atau menghakimi, kita mulai menaikan standar komunikasi kita. Kita pakai standar komunikasi yang sama ke manusia lain, padahal manusia itu kompleks dan tidak bisa disamakan dengan AI,” jelasnya.

Ketua Diskoma, Defrimont Era, menuturkan kehadiran AI membawa perubahan kehidupan yang signifikan. Sebab, AI tidak hanya sebagai alat bantu teknis, tapi mulai menjadikannya teman curhat, sahabat virtual, bahkan tempat menaruh keintiman. Oleh karena itu, pengguna AI tetap perlu bijak dalam membedakan realitas digital dengan dunia nyata.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular