Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedAI sebagai Penyampai Berita Kreatif

AI sebagai Penyampai Berita Kreatif

Munculnya Video AI yang Menipu dan Tantangan Jurnalisme di Era Digital

Di era digital saat ini, semakin sering kita menemukan berbagai video yang terlihat sangat realistis dan sensasional. Ada video jembatan yang runtuh ketika banyak mobil melintasi, atau bangunan yang tiba-tiba roboh sementara orang-orang sedang berdiri di bawahnya. Bahkan, ada video tentang luapan tsunami yang dengan cepat menghancurkan orang-orang yang sedang berjemur di pantai. Video-video tersebut tersebar secara cepat di media sosial seperti Facebook, Instagram, atau TikTok.

Caption yang menyertai video tersebut biasanya menjelaskan kronologi kejadian dan lokasi secara mirip dengan berita yang diterbitkan oleh media massa. Banyak netizen kemudian memberikan komentar yang menunjukkan rasa kaget dan takut mereka karena melihat musibah fatal yang direkam dalam video tersebut. Namun, ternyata, video-video tersebut bukanlah kejadian nyata. Mereka dibuat menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menciptakan simulasi yang sangat mirip dengan kejadian asli.

Hasilnya, banyak orang awalnya percaya bahwa video tersebut adalah fakta, hingga akhirnya sadar bahwa itu adalah rekayasa AI. Hal ini menimbulkan kebimbangan bagi sebagian besar pengguna media sosial, terutama mereka yang serius mencari informasi. Setiap kali ada video menarik dan bernilai berita tinggi, muncul pertanyaan: “Apakah ini hasil dari AI?”

Teknologi AI sebagai News Storyteller

Dengan perkembangan teknologi yang sangat canggih, muncul pertanyaan-pertanyaan besar mengenai bagaimana memperoleh informasi yang menarik, bernilai berita tinggi, namun tetap dapat dipercaya. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan AI sebagai news storyteller—sebuah teknologi yang mampu menceritakan fakta-fakta dari suatu peristiwa kepada pengguna.

Meskipun istilah news storyteller mungkin terdengar asing, konsep ini tidak sepenuhnya baru. Dapat disamakan dengan mesin pencerita buku audio, di mana pengguna bisa mendengarkan isi buku melalui program AI yang memiliki suara alami. Namun, yang dimaksud dengan news storyteller di sini adalah teknologi AI yang mampu menceritakan kembali peristiwa-peristiwa penting, baik yang sudah terjadi maupun yang baru saja terjadi, sehingga pengguna bisa memahami situasi tersebut lebih dalam.

Peneliti jurnalisme digital dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Adi Wibowo Octavianto, bersama Intan Primadini, melakukan riset untuk merancang aplikasi news storyteller. Dalam presentasi poster yang dilakukan pada The 75th ICA Annual Conference 2025 dengan judul Talk to the News: Designing a Human-Like AI Chatbot for Verified Information, diketahui bahwa aplikasi ini merupakan AI-powered chatbot yang dirancang untuk berinteraksi dengan pengguna melalui percakapan dan tanya jawab interaktif.

ARYA: Avatar yang Menceritakan Berita

Aplikasi ini memiliki avatar bernama ARYA, yang dirancang untuk membantu pengguna dengan menarasikan kejadian faktual secara kronologis, menjawab pertanyaan, dan memfasilitasi pemahaman yang lebih dalam tentang informasi terkait kejadian. Meski ARYA tidak berpikir sendiri, ia bekerja berdasarkan pengetahuan terkurasi yang disediakan oleh tim riset, termasuk jurnalis manusia, untuk memastikan akurasi informasi.

Sejauh ini, ARYA masih beroperasi dalam bentuk teks, dengan pengetahuan yang terbatas. Namun, dengan bantuan Large Language Models (LLMs), ARYA mampu merespons pertanyaan dengan struktur kalimat yang alami dan sesuai dengan gaya bahasa penanya. Dengan demikian, suasana interaksi terasa seperti percakapan antar manusia.

Akurasi dan Kepercayaan dalam Penyampaian Informasi

ARYA menjadi contoh bagaimana dunia jurnalisme memanfaatkan AI untuk meningkatkan engagement dengan khalayak. Aplikasi ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi jurnalis, melainkan sebagai alternatif penyampaian berita yang lebih interaktif dan kontekstual.

Namun, salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah masalah akurasi informasi. ARYA hanya menjawab berdasarkan pengetahuan yang telah disediakan oleh pembuatnya. Hingga saat ini, pengetahuan tersebut masih dibatasi oleh tim riset. Meskipun demikian, ARYA memiliki kemampuan untuk “belajar” dari pengalaman interaksi dengan pengguna, seperti mengingat pertanyaan yang sama dan mengonfirmasi kondisi tersebut sebelum menjawab.

Ini menunjukkan potensi besar dari chatbot berbasis AI seperti ARYA. Namun, jika tidak dijaga dengan ketat, chatbot ini bisa saja terpengaruh oleh input dari luar, yang berisiko memengaruhi akurasi informasi yang disajikan. Kemampuan belajar ini bisa menyebabkan chatbot merekam informasi yang tidak benar atau hoaks, yang akan berdampak buruk bagi dunia jurnalisme.

Pentingnya Kepercayaan dalam Jurnalisme

Kepercayaan (trustworthy) adalah elemen utama dalam penyampaian informasi. Jika saluran informasi tidak mampu mempertahankan kepercayaan publik, maka reputasinya akan sulit diperbaiki, dan informasi yang disampaikan tidak lagi dianggap valid. Hal ini bisa membuat publik tidak percaya lagi terhadap informasi yang benar, sebagaimana yang terjadi pada video AI yang sering beredar di media sosial.

Di sinilah letak keseriusan dunia jurnalisme. Meskipun teknologi semakin canggih, peran manusia tetap penting. Manusia bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang disebarkan, karena mesin tidak bisa berpikir secara moral dan kemanusiaan untuk menentukan mana yang benar dan mana yang tidak.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular