Kasus Langka Akibat Saran Diet dari ChatGPT
Seorang pria berusia 60 tahun mengalami kondisi medis yang langka setelah mengikuti saran diet dari chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI), yaitu ChatGPT. Peristiwa ini dilaporkan dalam sebuah studi kasus yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine pada 5 Agustus 2025. Studi tersebut ditulis oleh tim ilmuwan dari University of Washington, Seattle, Washington, Amerika Serikat.
Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa saran diet dari ChatGPT menyebabkan korban meracuni dirinya sendiri hingga mengalami gangguan mental parah. Namun, identitas korban, lokasi, dan waktu kejadian tidak diungkapkan dalam studi tersebut.
Halusinasi Akibat Konsumsi Natrium Bromida
Peristiwa ini bermula ketika korban memutuskan untuk menghilangkan garam dari pola makannya. Ia kemudian meminta ChatGPT untuk mencari alternatif pengganti garam. ChatGPT menyarankan natrium bromida, senyawa yang secara historis digunakan dalam industri farmasi dan manufaktur. Pria itu lalu membeli natrium bromida sesuai saran ChatGPT dan menggunakan sebagai pengganti garam meja selama tiga bulan.
Akibatnya, ia mengalami delusi paranoid dan segera dilarikan ke ruang gawat darurat rumah sakit. Padahal, sebelumnya ia tidak memiliki riwayat masalah kesehatan mental. Pria itu percaya bahwa tetangganya telah meracuni dirinya, sehingga enggan menerima air dari rumah sakit meski mengalami haus yang ekstrem. Selama perawatan, ia terus mengalami peningkatan paranoia serta halusinasi pendengaran dan penglihatan.
Akhirnya, pria tersebut ditempatkan dalam ruang psikiatri secara paksa setelah sempat mencoba melarikan diri selama perawatan.
Menderita Kondisi Bromisme
Menurut laporan dari USA Today, dokter menyebutkan bahwa pria tersebut menderita keracunan bromida atau dikenal juga sebagai bromisme. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala neurologis dan psikiatris, seperti jerawat dan angioma ceri (benjolan pada kulit), kelelahan, insomnia, ataksia ringan (kecanggungan), dan polidipsia (haus berlebihan). Gejala lain termasuk mual dan muntah, diare, kejang, kantuk, sakit kepala, lemas, penurunan berat badan, kerusakan ginjal, kegagalan pernapasan, dan koma.
Dulu, kondisi ini lebih umum karena garam bromida mudah ditemui dalam produk sehari-hari. Namun, saat ini, garam bromida digunakan dalam obat-obatan tanpa resep, sering kali menyebabkan gejala neuropsikiatri dan dermatologis. Pria itu kemudian dirawat di rumah sakit selama tiga minggu dan gejalanya secara bertahap membaik.
Tanggapan dari ChatGPT
Perusahaan OpenAI menegaskan bahwa ChatGPT tidak boleh digunakan sebagai saran kesehatan. Syarat dan ketentuan mereka menyatakan bahwa ChatGPT tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan kondisi kesehatan apa pun, dan bukan pengganti nasihat profesional. Mereka memiliki tim keamanan yang bekerja untuk mengurangi risiko dan telah melatih sistem AI mereka untuk mendorong orang mencari bimbingan profesional.
Studi yang meneliti kasus ini menyebutkan bahwa AI berisiko memberikan informasi tanpa konteks. ChatGPT dan sistem AI lainnya juga bisa menghasilkan ketidakakuratan ilmiah, dengan tidak memiliki kemampuan untuk membahas hasil secara kritis. Hal ini berpotensi menyebabkan penyebaran informasi yang salah kepada para penggunanya.

