Peran AI dalam Jurnalistik di Era Industri 5.0
Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, kehadiran Artificial Intelligence (AI) tidak lagi bisa dihindari. Dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia jurnalistik, AI menjadi bagian penting yang memengaruhi cara kerja dan kualitas informasi yang disajikan. Namun, bagaimana sebenarnya dampak dan manfaat AI dalam industri ini?
Rektor Pradita University, Prof. Richardus Eko Indrajit, menjelaskan bahwa AI tidak akan pernah menggantikan peran wartawan. Justru, ia hanya bertindak sebagai alat bantu atau co-pilot dalam pekerjaan jurnalistik. Hal ini disampaikan saat ia berbicara dalam acara Dies Natalis ke-IX Pradita University di Tangerang pada 21 September 2025.
Menurut Eko, AI bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk membantu jurnalis dalam berbagai tugas, seperti mencari sumber informasi, memverifikasi kebenaran berita, hingga menggali data sebelum melakukan wawancara. Dengan bantuan AI, waktu yang biasanya digunakan untuk proses administratif dapat dialihkan untuk investigasi mendalam dan pembuatan narasi yang lebih kaya.
Era Digital dan Perubahan Media
Dalam era industri 5.0, perubahan landscape media digital sudah sangat signifikan. Informasi kini hadir secara real-time dan pengguna media sosial semakin aktif. Di sinilah muncul konsep citizen journalism, di mana siapa saja bisa ikut berkontribusi dalam menyebarkan informasi.
Eko menekankan bahwa jurnalis bisa memanfaatkan AI sebagai asisten untuk meningkatkan efisiensi kerja. Misalnya, dalam proses news gathering, news writing, fact-checking, hingga personalisasi konten sesuai preferensi pembaca. Penggunaan AI dalam media besar di negara barat, seperti New York Times, juga telah terbukti efektif. Mereka menggunakan AI untuk draft dan analisis, bukan untuk menulis atau membentuk opini.
Etika dan Akurasi dalam Penggunaan AI
Meskipun penggunaan AI semakin umum, etika tetap menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Eko menegaskan bahwa penggunaan AI harus diakui dan tidak boleh disembunyikan. Dalam era 5.0, manusia dan mesin bekerja sama, namun kita tetap harus menjaga agar keberadaan AI tidak merusak kualitas hidup manusia.
Selain itu, akurasi informasi tetap menjadi prioritas utama. AI hanya berperan sebagai alat bantu, sedangkan jurnalis tetap bertanggung jawab atas keputusan dan hasil kerjanya. Dengan sikap bijak, manusia bisa memaksimalkan potensi AI tanpa tergantung sepenuhnya pada teknologi.
Pentingnya Edukasi Etika AI
Eko menyoroti pentingnya edukasi etika penggunaan AI, terutama bagi mahasiswa dan pelajar. Teknologi tanpa etika bisa berdampak buruk, misalnya dengan munculnya deepfake yang digunakan untuk menipu orang. Selain itu, penggunaan data yang memiliki hak cipta juga harus diperhatikan. AI sering kali mengambil data dari berbagai platform, sehingga ada risiko data yang digunakan memiliki lisensi tertentu.
Contohnya, dalam beberapa kasus, pengguna AI harus memperoleh izin dan bahkan membayar jika ingin menggunakan data yang dilindungi hak cipta. Hal ini menjadi bagian dari gerakan global yang mendorong penggunaan AI secara bertanggung jawab.
Kebijakan Penggunaan AI di Perguruan Tinggi
Di Pradita University, penggunaan AI tidak dilarang, tetapi dibuat panduan yang jelas. Mahasiswa diperbolehkan menggunakan AI dalam tugas akademik, asalkan dideklarasikan dengan jelas. Guidelines tersebut mencakup penempatan logo AI, tingkat partisipasi AI dalam tugas, serta sumber informasi yang jelas.
Dengan demikian, AI bisa menjadi alat yang bermanfaat dalam dunia jurnalistik, asalkan digunakan dengan tanggung jawab dan etika. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi ini dapat mendukung profesionalisme jurnalis dan meningkatkan kualitas informasi yang disajikan kepada publik.

