Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedOJK Temukan 70.000 Kasus Penipuan AI, Teknologi Lawas Jadi Perhatian

OJK Temukan 70.000 Kasus Penipuan AI, Teknologi Lawas Jadi Perhatian

Penipuan Berbasis AI Meningkat Pesat di Indonesia

Puluhan ribu kasus penipuan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa solusi teknologi yang digunakan oleh perusahaan masih ketinggalan zaman. Hal ini menyebabkan kerentanan yang besar dalam melindungi data dan informasi sensitif dari ancaman siber.

Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Juli 2025, terdapat lebih dari 70.000 laporan kasus penipuan yang menggunakan teknologi AI. Pelaku kejahatan siber memanfaatkan berbagai metode canggih seperti kloning suara dan deepfake untuk meniru identitas korban atau pihak lain. Dengan demikian, penipuan yang dilakukan terlihat sangat meyakinkan dan sulit dibedakan dari kejadian nyata.

Direktur Teknologi & Strategi Keamanan APJ Akamai, Reuben Koh, menjelaskan bahwa teknik pembuatan media deepfake semakin umum digunakan karena hasilnya semakin realistis dan sulit terdeteksi. Selain itu, penggunaan teknologi AI generatif dan model bahasa besar (LLM) membuat individu tanpa keahlian teknis tinggi mampu melakukan serangan siber yang kompleks dalam skala besar.

Kejahatan siber berbasis AI, khususnya yang melibatkan deepfake, meningkat pesat di seluruh dunia. Data dari Global Initiative Against Transactional Organized Crime menunjukkan bahwa kawasan Asia Pasifik mengalami lonjakan kasus deepfake sebesar 1.530% antara 2022 dan 2023. Angka ini menjadi yang tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Utara.

Koh menyatakan bahwa serangan kejahatan siber berbasis AI tidak dapat dibendung oleh solusi teknologi tradisional. “Solusi-solusi keamanan tradisional tidak dirancang untuk mendeteksi dan menghentikan ancaman AI,” ujarnya.

Solusi Kecerdasan Buatan yang Lebih Efektif

Perusahaan perlu mencari solusi pelindungan yang lebih modern untuk menghadapi ancaman siber berbasis AI, termasuk deepfake, ransomware, dan phishing. Penggunaan Virtual Private Network (VPN) tradisional tidak lagi cukup efektif. Perusahaan harus beralih ke solusi yang mampu memberikan akses berdasarkan identitas dan konteks, seperti lokasi, waktu, serta kondisi perangkat.

Selain itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan solusi unik untuk mendeteksi dan memitigasi ancaman tersembunyi dan canggih yang biasanya bisa menghindari pertahanan keamanan tradisional. Fokus pada taktik seperti gerakan lateral, eksekusi malware, dan komunikasi dengan komando serta kontrol akan membantu mematikan rantai serangan.

“Organisasi atau perusahaan dapat menghindari bencana, bahkan ketika kontrol keamanan gagal,” kata Koh.

Infrastruktur yang Lebih Kuat

Di sisi infrastruktur, perusahaan perlu mulai mempertimbangkan solusi yang mencegah gerakan lateral berbahaya. Hal ini penting agar pembobolan pada satu node tidak langsung membuka seluruh jaringan AI terhadap serangan. Aplikasi-aplikasi AI penting perlu terisolasi agar tetap aman dari ancaman eksternal.

Dengan mengadopsi solusi keamanan yang lebih modern dan adaptif, perusahaan dapat meningkatkan perlindungan terhadap ancaman siber yang semakin canggih. Pembaruan infrastruktur dan strategi keamanan adalah langkah penting untuk menghadapi tantangan di era digital saat ini.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular