AI sebagai Mitra dalam Dunia Live Commerce
Di tengah persaingan yang semakin ketat di dunia e-commerce, pelaku usaha dituntut untuk tetap aktif menyapa pembeli kapan pun dan di mana pun. Namun, keterbatasan waktu dan tenaga sering kali menjadi hambatan. Inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI) kini hadir sebagai solusi yang bisa membantu para pelaku usaha tanpa menghilangkan sentuhan manusia.
Hash Entertainment Asia meluncurkan BuzzLive AI, sebuah inovasi terbaru dari platform BuzzLive yang telah mempelopori konsep shoppertainment dengan menggabungkan penjualan langsung dan hiburan. Teknologi ini memungkinkan toko tetap menayangkan siaran langsung selama 24 jam tanpa kehilangan sisi kemanusiaan. AI bukan pengganti, melainkan alat bantu yang memperkuat dan memperpanjang daya jangkau para host.
Berikut lima hal menarik tentang teknologi AI baru yang sedang ramai dibicarakan di industri shoppertainment:
AI yang Diciptakan untuk Membantu, Bukan Menggantikan
Pendekatan utama dari teknologi ini adalah untuk membantu host manusia menjaga ritme penjualan. Menurut Je Radite, pendiri Hash Entertainment Asia, AI seharusnya memperkuat, bukan menghapus sisi kemanusiaan. Melalui teknologi ini, orang bisa beristirahat, bermimpi, dan berkembang, sementara ide-ide mereka terus bekerja untuk mereka.
Banyak toko kesulitan mempertahankan performa live yang panjang. Manusia bisa lelah, dan ketika lelah, penjualan pun turun. Dengan AI, performa toko bisa stabil dan penonton tetap terlayani di setiap jam.
Menjaga Keaslian di Tengah Otomatisasi
Avatar dan duta merek virtual yang digunakan dalam siaran berbasis AI tidak dirancang untuk menggantikan wajah manusia, tetapi memperluas kemampuannya. Setiap karakter digital dibuat agar sesuai dengan gaya bicara, ekspresi, bahkan emosi khas pemilik tokonya.
Je Radite menegaskan bahwa kolaborasi dengan pihaknya harus dimulai dengan manusia terlebih dahulu, lalu menggunakan AI sebagai pelengkap. Hal ini dilakukan karena banyak platform e-commerce masih melarang toko yang sepenuhnya dijalankan robot. Karena itu, peran manusia tetap ada sebagai pengarah dan pengendali utama siaran.
Masih Bisa Interaksi Dua Arah
Meskipun dijalankan oleh sistem otomatis, teknologi ini tetap memungkinkan interaksi dua arah. Direktur Operasional Hash Entertainment, Fabian, menjelaskan bahwa setiap toko yang menggunakan layanan ini akan melewati proses persiapan konten yang mendetail.
Sebelum live, mereka membuat QnA tentang produk, diskon, pengiriman, dan informasi lain. AI dilatih berdasarkan data tersebut, sehingga ketika penonton bertanya, sistem bisa menjawab sesuai konteks yang benar. Dengan pendekatan ini, siaran AI tidak hanya membaca skrip, tetapi mampu menanggapi pertanyaan penonton layaknya host manusia.
Proses Melatih AI Tidak Instan
Di balik tampilan yang halus dan interaktif, ada proses panjang untuk membuat AI siap tampil. Daffa Salman Hafizh, BuzzLive Business Lead, menjelaskan bahwa pelatihan ini lebih rumit daripada menyiapkan host manusia.
Jika host manusia bisa siap live dalam satu sampai tiga hari, AI butuh waktu dua sampai tiga minggu untuk training. Proses ini mencakup pembuatan database percakapan, latihan pengucapan, hingga uji reaksi terhadap pertanyaan tak terduga. Sistem perlu memahami pola tanya-jawab khas penonton, memilih kata yang alami, dan menyesuaikan nada suara agar terasa manusiawi.
Dengan cara itu, AI tidak sekadar meniru, tapi benar-benar memahami konteks percakapan di dunia live commerce.
Bagian dari Visi Regional yang Lebih Luas
Teknologi ini bukan hanya inovasi tunggal, tetapi bagian dari visi besar yang ingin mendorong kolaborasi manusia dan mesin di Asia. Hash Entertainment Asia kini memperluas jangkauannya ke Seoul dan Bangkok, membawa semangat untuk mendemokratisasi perdagangan kreatif.
Melalui langkah ini, mereka berharap teknologi AI bisa menjadi alat bantu yang membuka peluang baru, bukan ancaman bagi para kreator dan pelaku usaha kecil. Prinsip utama yang ingin mereka tunjukkan adalah bahwa AI sebagai sekutu, bukan pesaing, dan bahwa empati dan inovasi tetap bisa berjalan berdampingan.
Di dunia digital yang terus bergerak tanpa henti, teknologi seperti ini hadir sebagai solusi yang realistis. Ia bukan pengganti manusia, melainkan perpanjangan tangan mereka. AI tidak lagi sekadar mesin pintar, tetapi rekan kerja yang siap membantu agar kreativitas manusia bisa terus hidup, bahkan ketika waktunya beristirahat.

