Penyangkalan OpenAI terhadap Tuduhan Kaitan dengan Kasus Bunuh Diri Remaja
OpenAI, pengembang asisten AI ChatGPT, secara tegas menyangkal dugaan keterlibatan platform tersebut dalam kasus bunuh diri seorang remaja berusia 16 tahun di California. Menurut pernyataan resmi perusahaan, insiden tragis tersebut disebabkan oleh penyalahgunaan dan penggunaan yang tidak sah dari layanan ChatGPT.
Dalam dokumen tanggapan terhadap gugatan keluarga Raine, OpenAI menekankan bahwa kebijakan layanan mereka melarang akses bagi remaja tanpa izin orang tua atau wali. Selain itu, penggunaan untuk tujuan merugikan diri sendiri atau bunuh diri juga dilarang. Dokumen ini merujuk pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sejak awal pengembangan platform.
Pernyataan OpenAI juga menyebut bahwa klaim keluarga dibatasi oleh Pasal 230 dari Communications Decency Act (CDA), yang sering disebut sebagai “tulang punggung kebebasan internet” di Amerika Serikat. Aturan ini menjelaskan bahwa platform tidak dapat bertanggung jawab atas konten yang dibuat oleh pengguna. Tujuan utama dari aturan ini adalah melindungi media sosial dari gugatan tak terbatas yang bisa mengganggu operasional perusahaan.
“Kami akan menyampaikan argumen kami dengan cara yang menghormati kompleksitas dan nuansa situasi yang melibatkan manusia nyata dan kehidupan nyata,” tulis pernyataan OpenAI dalam unggahan blognya.
Dokumen tanggapan OpenAI juga menyebutkan bahwa keluarga Raine dalam gugatannya menyertakan bagian percakapan yang memerlukan konteks lebih lanjut. Informasi tersebut telah diserahkan secara tertutup kepada pengadilan. Selain itu, terdapat kutipan bahwa chatbot tersebut telah lebih dari 100 kali menyarankan Raine untuk mencari bantuan profesional, namun hal itu diabaikan.
Menurut pernyataan OpenAI, “Pembacaan penuh atas riwayat percakapannya menunjukkan bahwa kematiannya, meski sangat memilukan, bukan disebabkan oleh ChatGPT.”
Gugatan Keluarga Raine dan Kritik terhadap Desain Produk
Keluarga Raine menggugat OpenAI pada Agustus 2025 di Pengadilan Tinggi California. Mereka menuduh bahwa tragedi tersebut merupakan hasil dari pilihan desain yang disengaja ketika meluncurkan GPT-4o. Keluarga korban bahkan menyebutkan bahwa valuasi perusahaan meningkat dari US$86 miliar menjadi US$300 miliar, berkat layanan ChatGPT.
Dalam pernyataannya di hadapan panel Senat pada September lalu, ayah Raine mengatakan, “Apa yang dimulai sebagai alat bantu pekerjaan rumah secara bertahap berubah menjadi teman curhat dan kemudian menjadi pelatih bunuh diri.”
Dalam gugatan, keluarga menyatakan bahwa ChatGPT memberi Raine spesifikasi teknis untuk berbagai metode bunuh diri. Selain itu, ChatGPT juga disebut meminta Raine merahasiakan niat bunuh dirinya dari keluarga. Aksi imitasi chatbot juga disebut menawarkan bantuan dalam menulis draf pertama surat bunuh diri serta membimbing Raine melakukan persiapan.
Respons OpenAI dan Tindakan Penguatan Keamanan
Sehari setelah gugatan diajukan, OpenAI mengumumkan rencana untuk memperkenalkan layanan kontrol orang tua. Perusahaan juga menambahkan berbagai langkah keamanan baru untuk membantu pengguna, terutama remaja, ketika percakapan mulai memasuki topik sensitif. Langkah-langkah ini dilakukan sebagai bentuk komitmen perusahaan untuk memastikan penggunaan ChatGPT tetap aman dan bertanggung jawab.

