Teknologi Robot Kehamilan yang Membuat Dunia Terkejut
Di tengah perkembangan teknologi yang semakin pesat, sebuah inovasi yang terdengar seperti dari film fiksi kini mulai menjadi kenyataan. Sebuah robot yang diklaim mampu hamil dan melahirkan bayi manusia sedang dikembangkan di Tiongkok. Proyek ini diperkenalkan oleh perusahaan Kaiwa Technology dalam ajang World Robot Conference 2025 di Beijing. Inovasi ini menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus pro dan kontra dari berbagai pihak.
Fitur dan Teknologi yang Menarik Perhatian
Robot kehamilan ini dirancang untuk meniru seluruh proses kehamilan manusia. Dari pembuahan hingga tahap melahirkan, semua proses dilakukan di dalam tubuh robot. Di dalamnya sudah ditanam rahim buatan, cairan ketuban sintetis, serta sistem penyalur nutrisi melalui selang khusus. Teknologi ini diklaim telah matang, hanya tinggal dipasangkan ke robot agar lebih realistis.
Harga dari robot ini diperkirakan mencapai 100 ribu yuan, yang membuat banyak orang membandingkannya dengan biaya IVF atau pengganti kehamilan. Meski terdengar sangat inovatif, para ahli masih meragukan keamanannya bagi manusia. Saat ini, robot kehamilan ini masih dalam tahap uji coba dan belum bisa digunakan secara luas.
Risiko Medis dan Masalah Etika
Meskipun teknologinya sangat canggih, banyak ahli mengkhawatirkan risiko medis yang mungkin muncul. Keberhasilan kehamilan manusia sangat kompleks, sehingga sulit untuk sepenuhnya digantikan oleh robot. Selain itu, isu etika juga menjadi perdebatan besar. Banyak orang khawatir bahwa kehamilan buatan bisa mengurangi makna keibuan dan melemahkan ikatan emosional antara ibu dan anak.
Selain itu, pertanyaan tentang tanggung jawab jika terjadi masalah dalam proses ini juga masih menjadi perdebatan. Teknologi ini tidak hanya tentang kemampuan, tetapi juga dampak jangka panjang terhadap masyarakat.
Regulasi dan Hukum yang Belum Jelas
China memiliki aturan ketat yang melarang praktik pengganti kehamilan. Namun, robot kehamilan ini dinilai bisa menjadi alternatif yang lebih “legal” bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Kaiwa Technology bahkan bekerja sama dengan pemerintah Guangdong untuk membahas aspek hukum dan etika. Meski begitu, hingga saat ini belum ada aturan jelas yang mengatur hal ini.
Pertanyaan-pertanyaan besar masih muncul, seperti dari mana sel telur diperoleh, bagaimana pembuahan dilakukan, dan siapa yang sah disebut sebagai orang tua. Tanpa kejelasan, teknologi ini masih dianggap meragukan.
Pro dan Kontra di Masyarakat
Sejak diumumkan, robot kehamilan ini memicu reaksi beragam di media sosial. Beberapa orang menyambut dengan optimis karena dianggap menjadi harapan baru bagi pasangan infertil atau perempuan dengan risiko kesehatan tinggi. Namun, banyak juga yang menolak, khawatir akan hilangnya ikatan emosional antara ibu dan anak, serta potensi komersialisasi kelahiran.
Respon publik terbagi menjadi dua kubu, antara yang melihatnya sebagai peluang positif dan yang khawatir dengan dampak jangka panjang. Pertanyaan ini masih terbuka dan memerlukan diskusi lebih lanjut.
Pengembangan Teknologi yang Sudah Lama Ada
Meski terdengar futuristik, ide rahim buatan sebenarnya sudah lama dikembangkan. Peneliti di Philadelphia pernah membuat “biobag” untuk membantu anak domba prematur tumbuh di luar rahim. Hasilnya sukses, namun hanya dilakukan di fase akhir kehamilan, bukan sejak pembuahan. Jadi, konsep ini sudah lama dibicarakan, namun belum ada yang benar-benar mampu menggantikan kehamilan manusia secara utuh.
Inovasi ini menjadi dasar bagi pengembangan teknologi di masa depan. Namun, masih butuh waktu panjang sebelum teknologi ini benar-benar bisa diwujudkan dan digunakan secara nyata.

