Inovasi Terbaru Canva dalam Sistem Operasi Kreatif
Canva, sebuah platform desain digital yang semakin populer, baru saja meluncurkan fitur terbaru yang menjadikannya sebagai Sistem Operasi Kreatif yang paling lengkap saat ini. Fitur tersebut dirancang untuk memperluas kemampuan pengguna dalam berbagai bidang kreatif, termasuk desain grafis, video, dan konten media sosial.
Sebelum fitur tersebut resmi diluncurkan, ZONA GADGET sempat berbincang dengan Tom Slack, perwakilan Canva dari Australia, yang menjabat sebagai Product Lead Canva untuk Asia Tenggara. Dalam wawancara tersebut, Tom menjelaskan bahwa kehadiran AI di Canva bukanlah untuk menggantikan kreator, tetapi justru bertujuan untuk memperkuat imajinasi dan keterampilan mereka.
Menurut Tom, AI hadir sebagai alat pendukung yang membantu proses kreatif dalam berbagai bentuk. Canva telah mencatat lebih dari 24 miliar penggunaan fitur AI sejak pertama kali diluncurkan. Ia menekankan bahwa AI memungkinkan lebih banyak orang untuk bisa membuat desain tanpa harus memiliki latar belakang desain.
“AI di Canva dirancang untuk memperluas jangkauan ide pengguna,” ujar Tom. Ia menjelaskan bahwa sekitar 260 juta pengguna aktif Canva kini memanfaatkan AI untuk berbagai kebutuhan, baik itu untuk sekolah, pekerjaan, maupun keperluan pribadi.
Tom sendiri menggunakan AI dalam proses menulis dan bekerja sehari-hari. Menurutnya, kunci utama dalam pengembangan AI adalah menempatkan manusia di pusat proses kreatif. AI, menurutnya, hanyalah alat yang membantu pengguna mencapai hasil yang diinginkan, bukan mengambil alih peran kreatif mereka.
“AI hanya sebaik konteks dan prompt yang diberikan manusia,” jelas Tom. Canva memastikan bahwa fitur AI dibangun agar bermanfaat dan relevan dengan workflow pengguna. Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan AI adalah memastikan model AI bisa memahami konteks visual dengan akurat.
Saat ini, Canva sedang mengembangkan model AI visual yang dapat terintegrasi langsung dengan ekosistem desainnya. Dalam pengembangan fitur video, Canva juga fokus pada kemudahan pembuatan konten pendek untuk platform seperti TikTok dan YouTube Shorts.
Meski belum bisa memastikan integrasi langsung dengan platform tersebut, Tom menegaskan bahwa performa di jaringan rendah menjadi prioritas. “Khusus di Asia Tenggara, kami fokus agar Canva bisa berjalan lancar meski di kondisi koneksi terbatas,” katanya. Ia menyebut pasar seperti Indonesia dan Filipina menjadi fokus utama dalam peningkatan performa aplikasi.
Tom juga menyoroti kemitraan Canva dengan Kementerian Pendidikan Indonesia yang memungkinkan siswa dan guru mengakses akun pendidikan premium secara gratis. Kini, sekitar 50 persen pengguna Canva di Indonesia berasal dari kalangan siswa dan guru.
Canva juga berinovasi dengan menawarkan paket langganan jangka pendek satu dan tujuh hari melalui GoPay. “Pasar Indonesia mendorong kami untuk membuat sistem pembayaran yang lebih fleksibel dan lokal,” ujarnya. Tom menegaskan, Canva tetap profitable meski banyak memberikan akses gratis bagi dunia pendidikan.
“AI bukan hambatan, tapi justru pendorong pertumbuhan kreatif,” tegasnya. Canva berharap bisa menjadi rumah bagi semua kreator di seluruh dunia, termasuk di Asia Tenggara.

