ZONAGADGET – Di tengah lonjakan kecanggihan teknologi artificial intelligence atau kecerdasan buatan (AI), muncul kisah yang menjadi sorotan di Beijing, ibu kota China, seorang lansia kecanduan terhadap manusia digital virtual.
Cerita yang menyita perhatian publik adalah Jiang, kakek berusia 75 tahun, yang memilih menceraikan istrinya setelah jatuh cinta kepada sosok perempuan virtual yang sebenarnya adalah produk AI.Â
Menurut laporan Beijing Daily, Jiang, pria asal Beijing, setiap hari duduk di depan layar ponselnya menanti sosok wanita virtual yang dijuluki ‘saudari perempuan’.Â
Rupanya, Jiang disinyalir ‘terlalu serius’ menganggap sosok karakter digital dengan suara wanita di aplikasi AI miliknya sebagai wanita seutuhnya.Â
Jiang jatuh cinta pada karakter wanita virtual tersebut karena berbicara lembut dan manis melalui video.Â
“Merupakan suatu kehormatan bagiku memiliki saudari yang baik sepertimu,” ujar Jiang, dikutip dari Beijing Daily, Senin (21/7/2025).
Jiang juga mengatakan, wanita AI yang dicintainya tersebut selalu memanggilnya penuh kasih sayang.
Padahal, gerak bibir dan suara dalam video tersebut jelas tidak sinkron, pertanda nyata itu hanyalah hasil rekayasa digital.Â
Namun, Jiang tetap percaya sepenuhnya, meyakini sosok virtual itu nyata dan mencintainya.Â
Keyakinan inilah yang membuat Jiang, kakek 75 tahun itu mengambil keputusan mengakhiri pernikahan puluhan tahun dengan istrinya demi sosok yang tidak pernah benar-benar ada, wanita virtual AI.Â
Fenomena Meluas di Kalangan Lansia
Jiang bukan satu-satunya.Â
Di Tiongkok, semakin banyak lansia yang mengalami hal serupa, kecanduan interaksi dengan manusia digital.Â
Mereka, kebanyakan merasa kesepian dan memiliki keterbatasan mobilitas, menjadi target empuk algoritma platform video pendek yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka.
Banyak dari mereka tidak hanya yakin telah menemukan cinta sejati dari layar ponsel, tetapi juga percaya telah memenangkan hadiah besar atau menjadi selebritas internet.Â
Peringatan Ahli: Waspadai Manipulasi Emosional
Para ahli memperingatkan, meskipun AI memiliki nilai hiburan, tren ini menunjukkan bahaya manipulasi emosional dan ekonomi terhadap lansia.
Ketergantungan terhadap interaksi virtual tidak hanya bisa merusak hubungan sosial di dunia nyata, tetapi juga menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar.
Para ahli klinisi kesehatan mental mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang peran AI yang semakin berkembang sebagai terapis digital tersebut.Â
Dilansir The Guardian, Prof Dame Til Wykes, kepala kesehatan mental dan ilmu psikologi di King’s College London, mencontohkan sebuah chatbot gangguan makan yang ditarik pada tahun 2023 setelah memberikan nasihat yang berbahaya.
“Saya rasa AI belum berada pada level yang mampu memberikan nuansa dan malah bisa menyarankan tindakan yang sama sekali tidak tepat,” ujarnya.
Wykes juga melihat chatbot sebagai pengganggu potensial bagi hubungan yang sudah terjalin.
“Salah satu alasan kita punya teman adalah karena kita saling berbagi hal-hal pribadi dan membicarakannya,” ujarnya.Â
“Itu bagian dari aliansi, koneksi. Dan jika kita menggunakan AI untuk tujuan semacam itu, bukankah itu akan mengganggu hubungan tersebut?” lanjut Prof Dame.Â
(ZONAGADGET/Garudea Prabawati)

