Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedGoogle Bangun Pusat Data AI Tenaga Surya di Luar Angkasa

Google Bangun Pusat Data AI Tenaga Surya di Luar Angkasa

Google Mengembangkan Pusat Data AI di Luar Angkasa

Google sedang mengembangkan inovasi baru untuk mengatasi keterbatasan energi yang sering menjadi kendala dalam pengoperasian pusat data kecerdasan buatan (AI) di Bumi. Proyek ini diberi nama Project Suncatcher, yang bertujuan untuk meluncurkan chip AI ke luar angkasa melalui satelit bertenaga surya. Jika berhasil, proyek ini akan menciptakan pusat data berbasis luar angkasa yang dapat memanfaatkan energi matahari secara terus-menerus.

Proyek ini diharapkan menjadi solusi ramah lingkungan untuk memenuhi permintaan komputasi AI yang semakin meningkat. Selain itu, langkah ini juga bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan listrik di Bumi, yang sering dikaitkan dengan emisi karbon dan peningkatan konsumsi energi. Menurut Travis Beals, Senior Director for Paradigms of Intelligence di Google, luar angkasa mungkin menjadi tempat terbaik untuk memperluas kemampuan komputasi AI di masa depan.

Google telah menerbitkan makalah pra-cetak yang menjelaskan perkembangan awal dari proyek ini, meskipun belum melalui proses tinjauan sejawat. Dalam dokumen tersebut, perusahaan menjelaskan rencana penggunaan Tensor Processing Unit (TPU) yang akan mengorbit Bumi melalui satelit dilengkapi panel surya. Panel-panel ini diklaim mampu menghasilkan listrik hampir tanpa henti dan delapan kali lebih efisien dibandingkan panel surya di Bumi.

Namun, beberapa tantangan besar masih harus dihadapi. Salah satu masalah utama adalah memastikan komunikasi antar-satelit dapat berlangsung pada kecepatan tinggi. Google memperkirakan bahwa koneksi yang dibutuhkan harus mampu mentransfer data hingga puluhan terabit per detik. Untuk mencapai hal ini, konstelasi satelit harus terbang dalam jarak sangat rapat, hanya beberapa kilometer atau bahkan lebih dekat daripada jarak biasanya. Hal ini meningkatkan risiko tabrakan di orbit yang sudah penuh dengan sampah antariksa.

Selain itu, TPU perlu dirancang agar tahan terhadap paparan radiasi tinggi di luar angkasa. Google mengklaim telah melakukan uji coba Trillium TPU untuk memastikan perangkat tersebut dapat bertahan terhadap dosis radiasi total setara dengan misi lima tahun tanpa mengalami kerusakan permanen.

Dari sisi biaya, peluncuran chip ke orbit masih tergolong mahal. Namun, analisis internal Google menunjukkan bahwa pada pertengahan 2030-an, biaya pembangunan dan operasional pusat data di luar angkasa bisa menjadi hampir sama dengan biaya energi pusat data di Bumi jika dihitung per kilowatt per tahun.

Sebagai langkah awal, Google berencana bekerja sama dengan perusahaan penginderaan Bumi, Planet Labs, untuk meluncurkan dua satelit prototipe pada tahun 2027. Misi ini akan menjadi uji coba awal untuk menguji performa perangkat keras Google di orbit. Proyek ini menunjukkan komitmen Google untuk terus berinovasi dalam menghadapi tantangan energi dan komputasi di era AI.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular