Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedJepang Kekurangan Bir Akibat Serangan Ransomware

Jepang Kekurangan Bir Akibat Serangan Ransomware

Ancaman Ransomware yang Mengganggu Pasokan Bir di Jepang

Serangan siber berupa ransomware telah menimbulkan dampak signifikan terhadap perusahaan minuman besar di Jepang, Asahi Group. Akibat serangan ini, sistem produksi dan distribusi perusahaan mengalami gangguan, sehingga memicu kekhawatiran akan kelangkaan pasokan bir populer seperti Asahi Super Dry.

Ransomware adalah jenis malware yang menyusup ke dalam sistem komputer atau jaringan, lalu mengenkripsi data atau mengunci akses hingga tebusan dibayarkan. Dalam kasus ini, serangan tersebut berhasil melumpuhkan operasional perusahaan, termasuk sistem pemesanan dan pengiriman. Sebanyak 30 pabrik Asahi di Jepang harus berhenti beroperasi sementara waktu, sehingga memengaruhi produksi bir yang sangat diminati masyarakat.

Asahi Super Dry, salah satu merek bir dengan pangsa pasar terbesar di Jepang, kini menghadapi risiko kehabisan stok dalam waktu dekat. Banyak pengecer mulai merasa khawatir dengan tersedianya produk tersebut di rak toko. Misalnya, Lawson, jaringan minimarket besar, menyatakan bahwa produk Asahi mungkin semakin sulit ditemukan mulai besok. Sementara itu, seorang eksekutif ritel lain mengungkapkan bahwa stok Super Dry di supermarket bisa habis dalam dua hingga tiga hari, sedangkan produk makanan dari Asahi kemungkinan akan menipis dalam seminggu.

Menurut informasi yang diperoleh dari sumber independen, eksekutif tersebut mengatakan bahwa mereka akan beralih ke merek lain seperti Kirin atau Suntory. Namun, banyak konsumen tetap setia pada rasa khas Asahi Super Dry. Saat ini, Asahi memproduksi sekitar 6,7 juta botol bir per hari, namun perusahaan tidak memberikan komentar resmi mengenai kemungkinan kekosongan stok di pasar.

Selain bir, Asahi juga memproduksi berbagai produk minuman ringan, permen mint, makanan bayi, serta produk untuk berbagai ritel Jepang. Serangan ini juga menyebabkan penundaan peluncuran beberapa produk baru di pasar Jepang. Perusahaan kini mencoba menggunakan sistem manual berbasis kertas untuk memproses pesanan dan distribusi secara terbatas.

Meskipun tidak ada kebocoran data pelanggan yang dilaporkan, saham Asahi Group turun sebesar 2,6 persen pada Kamis (25/9/2025). Operasi perusahaan di luar negeri, termasuk penjualan merek global seperti Peroni Nastro Azzurro di Eropa, disebut tidak terpengaruh oleh serangan ini.

Serangan ransomware ini menjadi bagian dari tren yang semakin meningkat di Jepang. Menurut data dari Nihon Cyber Defence (NCD), perusahaan-perusahaan di Jepang menjadi target utama pelaku ransomware karena pertahanan siber yang lemah. Banyak perusahaan lebih memilih membayar uang tebusan daripada melakukan pemulihan menyeluruh.

Data Kepolisian Nasional Jepang menunjukkan adanya 222 laporan resmi serangan ransomware pada 2024, meningkat 12 persen dibanding tahun sebelumnya. Meski demikian, para ahli menyebut angka ini hanya sebagian kecil dari jumlah sebenarnya, karena banyak kasus yang tidak dilaporkan.

Serangan ini menunjukkan betapa pentingnya perlindungan siber bagi perusahaan besar. Dengan semakin canggihnya ancaman digital, perlu adanya upaya serius dalam memperkuat sistem keamanan agar tidak mudah diretas. Tidak hanya mengancam operasional perusahaan, serangan siber juga dapat berdampak langsung pada kebutuhan masyarakat, seperti kelangkaan produk minuman yang sangat diminati.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular