Kolaborasi Kementerian Komunikasi dan Digital dengan Universitas Brawijaya dalam Program AI Talent Factory
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) melalui program AI Talent Factory bekerja sama dengan Universitas Brawijaya. Tujuan utama dari program ini adalah untuk menciptakan talenta digital tingkat lanjut yang mampu menghasilkan solusi berbasis kecerdasan buatan (AI). Program ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan ahli AI yang mampu menyelesaikan berbagai masalah terkait teknologi.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemkomdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan proyek percontohan pertama dalam pengembangan AI Talent Factory. Menurutnya, program ini tidak hanya ditujukan untuk mencetak talenta digital, tetapi juga memberikan pendidikan kepada peserta pada level yang lebih tinggi, yaitu praktisi yang dibimbing oleh para ekspertis.
“Tujuan utamanya adalah menghasilkan solusi-solusi nyata sesuai kebutuhan digital saat ini. Solusi-solusi ini harus spesifik dan relevan dengan tantangan yang kita hadapi,” ujarnya. Ia juga berharap bahwa program ini dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Menciptakan Solusi Nyata dengan Pendekatan Spesifik
Bonifasius menekankan bahwa AI Talent Factory dirancang untuk menghasilkan solusi terhadap masalah-masalah yang sering dihadapi dalam dunia digital. Program ini tidak hanya fokus pada pembelajaran teori, tetapi juga pada penerapan langsung dalam bentuk prototipe atau portofolio.
Ia menambahkan bahwa tujuan jangka panjang dari program ini adalah meningkatkan kontribusi ekonomi digital terhadap PDB nasional. Dengan adanya program ini, diharapkan muncul banyak talenta yang mampu berkontribusi secara signifikan dalam bidang AI.
Peran Universitas Brawijaya sebagai Kampus Pertama
Untuk tahap awal, Universitas Brawijaya menjadi kampus pertama yang dipilih sebagai mitra dalam program AI Talent Factory. Rektor Universitas Brawijaya, Widodo, menyambut baik kerja sama ini dan menilai penting bagi Indonesia untuk mandiri dalam teknologi AI.
Menurut Widodo, kehidupan sehari-hari sudah sangat bergantung pada AI, baik dalam membuat musik, mengedit foto, maupun membuat film. Namun, hampir semua teknologi tersebut berasal dari luar negeri. Ia berharap generasi muda Indonesia bisa diberi ruang untuk menciptakan produk AI lokal.
“Insya Allah banyak sekali generasi muda yang tidak hanya menggunakan AI produk luar, tapi orang-orang Indonesia akan memanfaatkan AI produk anak-anak muda kita,” tambahnya.
Kurikulum yang Berfokus pada Diskusi dan Inovasi
Kepala Pusat Pengembangan Talenta Digital, Said Mirza Pahlevi, menjelaskan bahwa kurikulum AI Talent Factory lebih berfokus pada diskusi dan brainstorming. Sebanyak 50 persen dari waktu belajar akan digunakan untuk diskusi dan pengembangan ide bersama tutor ekspert di bidang AI.
Selain itu, peserta juga diberi kesempatan untuk eksplorasi mandiri agar dapat menghasilkan prototipe atau portofolio yang berkualitas. Mirza menekankan bahwa hanya sekitar 20 persen dari waktu belajar yang diperuntukkan untuk pembelajaran mandiri, karena program ini lebih fokus pada pengembangan inovasi.
Target Peserta dan Pengembangan Jangka Panjang
Kemkomdigi menargetkan maksimal 50 peserta untuk satu angkatan program. Seleksi akan dilakukan untuk memastikan bahwa peserta memiliki dasar pengetahuan yang cukup agar dapat bekerja sama dengan baik.
Mirza menjelaskan bahwa saat ini sedang dilakukan seleksi dari mahasiswa Universitas Brawijaya. “Targetnya 50 dalam satu semester ini,” ujarnya.
Pada tahun ini, AI Talent Factory hanya dijalankan dalam satu batch bersama Universitas Brawijaya. Namun, pada 2026, program ini direncanakan akan berkembang dengan menggandeng lebih banyak perguruan tinggi. “Tahun depan kita akan expand dengan universitas lain yang sedang menyusun proposal mereka,” tegas Mirza.

