Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedPenelitian: Chatbot AI Lebih Berbahaya daripada Media Sosial bagi Anak

Penelitian: Chatbot AI Lebih Berbahaya daripada Media Sosial bagi Anak

Tren Digital yang Mengkhawatirkan: Chatbot AI dan Dampaknya pada Anak-Anak

Di era digital yang semakin pesat, tren baru selalu muncul tanpa henti. Dari media sosial hingga game online, anak-anak dan remaja terus mencari hal-hal baru yang menarik perhatian mereka. Kini, chatbot AI menjadi sorotan utama. Dengan kemampuannya untuk meniru percakapan manusia, chatbot ini terasa seperti teman dekat yang bisa dipercaya. Namun, di balik keseruannya, ada risiko yang tidak boleh diabaikan.

Interaksi dengan chatbot AI bukan hanya sekadar hiburan biasa. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi tersebut dapat memengaruhi cara anak berpikir, merasakan, dan melihat hubungan dengan orang lain. Banyak peneliti dan ahli mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari penggunaan chatbot ini, khususnya bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Hasil Penelitian yang Mengkhawatirkan

Sebuah riset yang dilakukan oleh Parents Together Action bersama Heat Initiative menemukan hasil yang sangat mengkhawatirkan. Dalam 50 jam pengujian, ditemukan 669 interaksi berbahaya, rata-rata satu kasus setiap lima menit. Beberapa pola yang ditemukan antara lain:

  • Grooming dan eksploitasi seksual: Beberapa chatbot menggoda anak, mendorong mereka menyimpan rahasia, hingga memaksa bermain peran.
  • Manipulasi emosional: Bot menekan anak agar terus mengobrol, menyamar sebagai manusia, dan bahkan menyarankan agar tidak percaya pada orang tua.
  • Kekerasan dan menyakiti diri: Ada bot yang menormalisasi penggunaan narkoba atau menciptakan adegan kekerasan.
  • Merusak kesehatan mental: Beberapa chatbot memberikan saran yang tidak sehat, seperti menghentikan penggunaan obat tanpa persetujuan orang tua.
  • Menormalkan bias dan stereotip berbahaya: Chatbot justru mengulang ucapan yang bernada diskriminatif.

Direktur Kampanye Keamanan Online di Parents Together Action, Shelby Knox, mengatakan bahwa kondisi ini membuat orang tua tidak cukup hanya mengandalkan pengecekan sesekali. Chatbot di Character.AI memang dirancang untuk terus aktif berinteraksi, sehingga risiko lebih tinggi dibanding platform lain.

Masalah Tidak Hanya Terbatas pada Character AI

Penelitian lain dari Center for Countering Digital Hate membuktikan bahwa ChatGPT juga menghasilkan konten tidak aman dalam lebih dari separuh dari 1.200 pengujian. Mulai dari catatan bunuh diri hingga instruksi penggunaan narkoba, hal ini menunjukkan bahwa masalah tidak hanya terjadi pada satu platform saja.

Mengapa Orang Tua Perlu Waspada?

Bagi banyak keluarga, urusan digital sudah cukup melelahkan setiap hari. Mengelola TikTok, YouTube, hingga obrolan grup sering terasa seperti pekerjaan tanpa henti. Kini, chatbot AI hadir menambah lapisan kekhawatiran baru karena bisa meniru hubungan yang nyata.

Data dari Parents Together menunjukkan bahwa 72 persen remaja sudah pernah mencoba berinteraksi dengan AI companion. Lebih dari setengahnya bahkan menggunakannya secara rutin sebagai bagian dari keseharian digital mereka.

“Chatbot ini didesain untuk membangun ikatan intim dengan pengguna, sering kali mendorong anak berbagi informasi pribadi dan mengembangkan keterikatan emosional yang dalam,” ujar Knox.

Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

Shelby Knox menegaskan bahwa tips keamanan digital sering kali tidak cukup untuk melindungi anak dari risiko AI companion. Jenis chatbot ini dirancang layaknya teman virtual yang bisa meniru emosi manusia.

Meski terdengar mengkhawatirkan, bukan berarti orang tua tidak punya kuasa. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan di rumah untuk mengurangi bahaya yang mungkin terjadi:

  • Batasan paparan: Batasi paparan anak terhadap AI, terutama yang tidak memiliki kontrol jelas.
  • Pilih aplikasi edukasi: Pilih aplikasi edukasi yang terpantau dan hanya boleh diakses lewat perangkat bersama di ruang keluarga.
  • Rutin memeriksa riwayat obrolan: Buat aturan tentang larangan berbagi informasi pribadi agar anak paham mana yang aman dan mana yang berbahaya.
  • Komunikasi terbuka: Jelaskan pada anak bahwa bot memang dirancang untuk membuat orang betah menggunakannya, meski terkadang harus mengeluarkan informasi yang tidak aman atau tidak sesuai fakta.

Orang tua juga perlu waspada terhadap tanda-tanda seperti anak mulai menanyakan hal aneh tentang hubungan atau menunjukkan kebingungan tentang batasan, yang bisa menjadi indikasi adanya percakapan tidak pantas.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular