Video Jembatan Putus di Bali yang Ternyata Bukan Asli
Sebuah video yang menampilkan jembatan gantung putus di Bali telah menjadi viral di media sosial. Video tersebut menunjukkan adegan jembatan yang sedang roboh saat banyak orang sedang menyeberang. Dalam waktu singkat, video ini telah ditonton lebih dari 70 juta kali dan mendapatkan ribuan likes, komentar, serta share. Namun, setelah dilakukan analisis menggunakan alat pendeteksi video AI, ternyata video tersebut adalah hasil rekayasa teknologi kecerdasan buatan (AI).
Apa Itu AI Generatif?
AI generatif adalah inovasi dalam bidang kecerdasan buatan yang mampu menciptakan konten baru berdasarkan instruksi atau prompt. Teknologi ini bisa menghasilkan teks, gambar, hingga video yang tampak seperti karya manusia. Selain itu, AI generatif juga dapat memanipulasi konten asli, baik visual maupun suara, hingga terlihat sangat nyata. Teknik manipulasi ini dikenal dengan istilah deepfake.
Ciri-Ciri Video Buatan AI
Untuk mengenali apakah sebuah video dibuat oleh AI, ada beberapa hal yang bisa diperiksa:
Periksa Detail Visual
Detail kecil seperti jari, telinga, atau aksesori seringkali tampak tidak wajar pada video AI. Misalnya, dalam video jembatan putus, lengan baju orang dengan pakaian biru terlihat tidak konsisten. Pada detik ke-5, lengan baju digulung, namun pada detik ke-8, lengan baju panjang dan tidak digulung.Perhatikan Gerakan dalam Video
Gerakan yang tidak realistis bisa menjadi petunjuk bahwa video tersebut dibuat oleh AI. Dalam video jembatan gantung, air terjun di bagian kanan video tidak bergerak pada awalnya, lalu mulai bergerak secara realistis pada detik ke-8.Gunakan Reverse Image Search
Melalui pencarian gambar balik, kita bisa mengetahui sumber asli video atau kapan pertama kali video diunggah. Hal ini membantu menentukan apakah video tersebut dibuat oleh AI atau asli.
Bahaya Perkembangan Teknologi AI
Perkembangan model AI generatif seperti Sora dan Google Veo 3 semakin pesat. Teknologi ini mampu membuat video yang tampak sangat realistis. Namun, perkembangan ini juga memiliki dampak negatif. Pakar keamanan siber dan forensik digital, Alfons Tanujaya, menyatakan bahwa video AI akan semakin sulit dibedakan dari video asli.
“Hasil video AI ini akan semakin sempurna dan sulit diidentifikasi,” kata Alfons. Senada dengan pernyataannya, pakar komunikasi digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, menambahkan bahwa alat pendeteksi AI bisa kesulitan mendeteksi video AI jika teknologinya berkembang pesat dan realistis.
Pentingnya Pengawasan dan Kesadaran Pengguna
Alfons mengimbau pengguna media sosial untuk tidak langsung membagikan informasi tanpa memverifikasi kebenarannya. “Jika tidak ada di media mainstream dan Anda ragukan, saya sarankan jangan forward,” ujarnya. Ia juga menegaskan pentingnya pengawasan pemerintah dalam mengurangi penyalahgunaan AI.
Meski Indonesia belum memiliki aturan spesifik tentang AI, Alfons menyarankan penggunaan undang-undang yang sudah ada, seperti UU ITE, untuk menindak penyalahgunaan teknologi ini. Di sisi lain, Firman mengingatkan agar pengawasan tidak menghambat perkembangan AI yang berdampak positif bagi inovasi.
“Kita harus tahu porsi yang tepat, jangan sampai ketinggalan memanfaatkan AI, tapi juga jangan menganggap bahwa perangkat ini hanya untuk kebaikan,” tutup Firman.

