Teknologi Pendengaran Berkembang dengan Bantuan AI
Selama beberapa tahun terakhir, teknologi pendengaran telah mengalami perkembangan yang signifikan. Setiap generasi dan inovasi baru menawarkan kualitas suara yang lebih jernih, penggunaan baterai yang lebih efisien, serta kemampuan koneksi yang lebih baik. Namun, salah satu tantangan utama dalam bidang ini tetap ada, yaitu kesulitan dalam memahami percakapan di lingkungan yang berisik. Kini, sebuah perusahaan di Indonesia memberikan solusi baru yang menjanjikan.
SOUNDLIFE Hearing Center resmi meluncurkan dua alat bantu dengar berbasis kecerdasan buatan (AI) pertama di negara ini. Kedua perangkat tersebut menggunakan teknologi Deep Neural Network (DNN), sistem pemrosesan suara yang bekerja mirip dengan cara otak manusia berfungsi. Saat ini, hanya sedikit produsen alat bantu dengar di dunia yang mengembangkan perangkat dengan chip DNN khusus, seperti Phonak dan ReSound.
Model terbaru dari kedua merek tersebut, yakni Phonak Infinio Ultra Sphere dari Swiss dan ReSound Vivia dari Denmark, kini tersedia di Indonesia melalui SOUNDLIFE. CEO SOUNDLIFE Hearing Center, IM Chen, menjelaskan bahwa AI tidak hanya memperkuat suara, tetapi juga mampu memahami pola, mengenali konteks, dan menonjolkan suara manusia bahkan di lingkungan yang sangat berisik. Hasilnya adalah suara yang terdengar lebih alami, sehingga pengguna tidak lagi merasa lelah hanya untuk mengikuti percakapan.
Phonak Infinio Ultra Sphere: Solusi untuk Lingkungan Dinamis
Phonak Infinio Ultra Sphere adalah alat bantu dengar AI pertama di dunia yang dilengkapi chip DNN khusus. Perangkat ini dirancang untuk digunakan dalam situasi nyata, sehingga tetap optimal di lingkungan dinamis seperti restoran sibuk, rapat cepat, jalanan bising, atau percakapan yang berubah dalam hitungan detik. Chip Deepsonic AI di dalamnya dilatih menggunakan 22 juta sampel suara nyata, sehingga mampu membedakan ucapan dan kebisingan dengan presisi yang tinggi. Teknologi Spheric Speech Clarity 2.0 meningkatkan kejernihan ucapan hingga 10 desibel (dB), membuat percakapan tetap mudah diikuti meski lingkungan tidak mendukung.
Hasil akhirnya sederhana: perangkat dapat bekerja secara diam-diam di belakang layar, memungkinkan pengguna mendengar dengan lebih mudah sepanjang hari.
ReSound Vivia: Alat Bantu Dengar Terkecil dengan Performa Maksimal
Jika Phonak menawarkan kekuatan, ReSound menawarkan ketenangan. ReSound Vivia adalah alat bantu dengar AI terkecil di dunia yang menggunakan chip DNN khusus. Bentuknya ringkas, ringan, dan hampir tidak terlihat, tetapi tetap kuat menghadapi kebisingan. Dengan dukungan Bluetooth LE Audio dan Auracast, perangkat ini menyederhanakan cara pengguna terhubung dengan ponsel, televisi, dan perangkat lainnya.
Chip DNN-nya dilatih menggunakan 13,5 juta kalimat percakapan, sehingga perangkat dapat mengenali pola kebisingan dan meredamnya secara cerdas. Hasilnya adalah suara bicara yang lebih natural, bahkan di ruang yang ramai. Meskipun ukurannya kecil, performanya luar biasa, dan dampaknya terasa setiap hari.
Mengapa Alat Bantu Dengar Lama Tidak Efektif?
Sebagian besar pengguna yang berhenti memakai alat bantu dengar bukan karena kurang peduli pada pendengaran, melainkan karena suara yang dihasilkan sering kali terasa keras, tajam, atau melelahkan. Dengan AI, pengalaman itu berubah total. Alih-alih membesarkan semua suara sekaligus, AI memahami apa yang perlu didengar terlebih dahulu, yaitu suara manusia. Ia meredam kebisingan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan beradaptasi secara otomatis.
“Banyak orang datang kepada kami dan berkata, ‘Saya punya alat bantu dengar, tapi tidak saya pakai,’” ujar Chen. “Masalahnya bukan pada orangnya, melainkan pada teknologinya. AI akhirnya memberikan solusi yang selama ini ditunggu,” tambahnya.
Program Uji Coba Tanpa Risiko
Sejak 2014, SOUNDLIFE telah membantu lebih dari 20.000 orang di Indonesia meningkatkan kualitas pendengaran mereka. Satu hal yang selalu terbukti adalah, ketika suara terdengar natural, hidup menjadi lebih mudah dijalani. Untuk memberikan kesempatan bagi pengguna mencoba teknologi terbaru, SOUNDLIFE menawarkan program uji coba alat bantu dengar AI selama 10 hari tanpa risiko.
Program ini bisa digunakan oleh pengguna di berbagai tempat dan situasi, seperti di rumah, saat percakapan, restoran, tempat kerja, dan acara keluarga. Jika perangkat tidak memberikan manfaat nyata, pengguna dapat mengembalikannya tanpa beban.
Chen menjelaskan bahwa SOUNDLIFE ingin masyarakat berinvestasi pada pendengaran ketika benar-benar merasakan manfaatnya. Tujuan dari dua perangkat tersebut cukup sederhana, yakni membantu pengguna kembali terhubung dengan orang lain dan dengan hidup mereka.
Pada akhirnya, teknologi hanya berarti ketika dapat membuat hidup terasa lebih mudah dan lebih menyenangkan. Alat bantu dengar berbasis AI tidak hanya memperjelas suara, tetapi juga mengembalikan momen, memperbaiki hubungan, dan menghadirkan kembali rasa hadir dalam percakapan.
Pendengaran yang baik tidak sekadar soal suara, tetapi juga tentang memberi keberanian untuk terlibat, kekuatan untuk terhubung, dan keyakinan untuk menjalani hidup sepenuhnya. Mulai sekarang ambil satu langkah kecil menuju percakapan yang lebih jelas. Hubungi WhatsApp (0815) 1353-8888 untuk menjadwalkan uji coba alat bantu dengar AI 10 hari tanpa risiko.

