Kesadaran dan Inisiatif Tinggi Karyawan Indonesia dalam Menghadapi AI
Survei yang dilakukan oleh ZONA GADGETx Populix dengan judul “Indonesia AI Report 2025” menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan di Indonesia memiliki antusiasme tinggi dalam belajar dan beradaptasi dengan kecerdasan buatan (AI). Mereka bahkan mengambil inisiatif untuk mempelajari teknologi ini secara mandiri melalui berbagai sumber.
Sebanyak 84% responden menyatakan bahwa mereka mendapatkan pengetahuan tentang AI melalui media sosial dan YouTube. Sementara itu, 51% dari para responden mengakui bahwa sumber pembelajaran mereka berasal dari artikel online dan blog. Selain itu, 49% responden juga belajar melalui media massa, berita, teman atau rekan kerja, serta mencoba sendiri melalui trial and error. Hanya 21% responden yang memperoleh pengetahuan AI melalui kursus online maupun offline.
Temuan ini menunjukkan semangat belajar yang kuat meskipun pendekatannya masih bersifat mandiri dan praktis. Fenomena ini disebut sebagai “paham di permukaan,” di mana masyarakat cepat familiar dengan istilah dan cara penggunaan AI tetapi belum sepenuhnya memahami konsep di baliknya.
Kecepatan perkembangan industri AI tergolong luar biasa. Rama Mamuaya, Managing Partner Discovery/Shift & Praktisi Transformasi Digital, menjelaskan bahwa:
“Jika menunggu pembelajaran formal, seperti sekolah atau universitas, maka akan sulit untuk tertinggal karena kurikulum yang dibuat bisa sudah usang saat selesai dikembangkan. Di saat kurikulum sedang dipersiapkan, sudah ada 10 LLM baru yang jauh lebih canggih daripada yang diajarkan.”
Survei “Indonesia AI Report 2025” dilakukan pada periode 11-25 September 2025. Sebanyak 1.000 responden terlibat dalam survei ini, yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Makassar, Denpasar, dan Balikpapan.
Penggunaan AI dalam Kehidupan Kerja
Selain itu, 57% karyawan mengakui bahwa mereka sudah menggunakan chatbot generatif seperti ChatGPT, Gemini, atau Meta AI dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, 45% perusahaan memberikan dukungan untuk penggunaan AI dalam pekerjaan. Mayoritas karyawan juga merasa bahwa keterampilan mereka telah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Namun, tantangan utama masih terkait keamanan data (55%) dan akurasi hasil (53%). Meski begitu, 68% responden menunjukkan optimisme bahwa AI akan membuka peluang kerja baru, khususnya di bidang pengembangan teknologi, kreativitas, dan pendidikan.
Dr. Sri Safitri, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset & Inovasi Kecerdasan Artificial Indonesia (KORIKA), menekankan pentingnya pelatihan dan reskilling agar pekerja dapat beradaptasi dengan peran baru yang didasarkan pada AI. Menurutnya, AI kini bukan lagi sekadar teknologi, tetapi sudah menjadi asisten digital yang melekat dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Laporan ini menjadi cerminan bagaimana masyarakat Indonesia siap dan aktif dalam membentuk masa depan mereka bersama AI. Dengan adanya kesadaran dan inisiatif yang tinggi, masyarakat Indonesia tampaknya tidak hanya menerima AI, tetapi juga berusaha memahami dan memanfaatkannya secara optimal.
Meski masih ada tantangan, seperti masalah keamanan data dan akurasi hasil, peluang yang ditawarkan oleh AI sangat besar. Dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan AI sebagai alat yang membantu dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pekerjaan dan pengembangan diri.
Dengan demikian, Indonesia menunjukkan potensi yang luar biasa dalam menghadapi transformasi digital yang dipandu oleh AI. Perlu adanya upaya bersama dari pemerintah, institusi pendidikan, dan dunia kerja untuk memastikan bahwa setiap individu dapat memperoleh akses dan pemahaman yang cukup terhadap AI, sehingga bisa berkontribusi dalam membangun masa depan yang lebih baik.

