Jumat, Desember 5, 2025
BerandaUncategorizedGoogle PHK 200 Karyawan AI Akibat Perselisihan Gaji

Google PHK 200 Karyawan AI Akibat Perselisihan Gaji

Pemutusan Kontrak di Google: Karyawan Kontrak AI Dipecat Tanpa Pemberitahuan

Beberapa bulan terakhir, Google dilaporkan mengakhiri hubungan kerja dengan lebih dari 200 karyawan kontrak yang bekerja pada berbagai proyek kecerdasan buatan (AI). Tindakan ini dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan menimbulkan kontroversi terkait upah serta kondisi kerja para pekerja tersebut. Penutupan ini terjadi dalam situasi yang cukup rumit, mengingat adanya perbedaan pendapat antara karyawan kontrak dan perusahaan.

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Wired, Google telah memindahkan sebagian besar tugas penilaian AI kepada perusahaan outsourcing seperti GlobalLogic, anak perusahaan Hitachi. Proses alih daya ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, sehingga membuat banyak pekerja kontrak bergantung pada sistem outsourcing untuk menjalankan tugas mereka.

Sebagian besar tenaga kontrak yang terkena dampak pemutusan kontrak berasal dari Amerika Serikat dan bekerja dengan materi berbahasa Inggris. Mereka umumnya memiliki latar belakang pendidikan tinggi, mulai dari gelar master hingga doktoral. Syarat ini menjadi dasar bagi mereka untuk bergabung dalam program bernama “Super Rater”.

Program Super Rater adalah inisiatif khusus yang digunakan Google untuk melatih dan mengevaluasi kualitas produk AI-nya, termasuk chatbot seperti Gemini. Dalam program ini, para pekerja kontrak bertugas mengevaluasi, mengedit, dan menulis ulang respons dari chatbot tersebut. Namun, sejumlah pekerja mengklaim bahwa pemutusan kontrak dilakukan karena adanya pengurangan skala proyek.

Dokumen internal dari GlobalLogic menyebutkan bahwa perusahaan sedang mengembangkan sistem AI yang mampu melakukan penilaian secara otomatis. Hal ini berarti para karyawan kontrak sedang membantu melatih sistem yang berpotensi menggantikan posisi mereka sendiri. Situasi ini menimbulkan ketidakpastian dan rasa khawatir di kalangan pekerja.

Pemutusan kontrak ini juga terjadi di tengah protes dari para pekerja, yang merasa tidak puas dengan upah yang rendah, kondisi kerja yang buruk, dan ketidakstabilan pekerjaan. Beberapa kontraktor menuding bahwa tindakan ini merupakan bentuk pembalasan atas upaya pembentukan serikat pekerja yang sempat muncul awal tahun ini.

Selain itu, GlobalLogic juga dikaitkan dengan praktik yang disebut “quiet firing”, yaitu tindakan membiarkan karyawan mengundurkan diri tanpa memberikan pemberitahuan resmi. Pada Juli lalu, perusahaan memaksakan karyawan di Austin, Texas, untuk kembali bekerja di kantor. Bagi mereka yang tidak bisa hadir karena alasan kesehatan atau finansial, opsi yang tersisa hanyalah mengundurkan diri.

Google menegaskan bahwa mereka hanya sebagai pihak yang memberikan kontrak, dan tanggung jawab utama terletak pada perusahaan penyedia layanan seperti GlobalLogic. Menurut juru bicara perusahaan, “Individu yang terdampak adalah karyawan GlobalLogic atau subkontraktornya, bukan Alphabet. Sebagai pemberi kerja, GlobalLogic dan subkontraktornya bertanggung jawab atas ketenagakerjaan dan kondisi kerja karyawan mereka.”

Google juga menyatakan bahwa mereka menanggapi hubungan dengan pemasok dengan serius. Perusahaan melakukan audit terhadap perusahaan yang bekerja sama dengan mereka sesuai dengan Supplier Code of Conduct—sebuah pedoman yang mengatur standar etika dan prinsip kerja yang harus dipatuhi oleh mitra bisnis.

zonagadget
zonagadgethttps://www.zonagadget.co.id/
Berikan ilmu yang kamu punya, niscaya kamu akan mendapatkan yang lebih
RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

New Post

Most Popular