Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan bahwa perusahaan AS akan terus menjual produknya ke Huawei. Pernyataan Trump tersebut diutarakan pada pertemuan puncak G20. Produk yang sudah banyak tersedia, termasuk microship, sudah jelas statusnya. Saat ini, Huawei tengah menunggu pemberitahuan dari Departemen Perdagangan AS, apakah perusahaan asal Cina tersebut bisa kembali menggunakan layanan Google Play untuk sistem operasi Android.
Kendati seolah memberikan angin segar bagi Huawei dan para penggunanya, apa yang dikatakan oleh Trump tersebut belum memberikan kejelasan apakah layanan ini dapat diklasifikasikan sebagai layanan yang sudah tersedia luas. Faktor yang menentukan ada pada permasalahan atau isu keamanan nasional atau tidak. Hal tersebut merupakan alasan pemblokiran yang dilakukan perusahaan AS terhadap Huawei sebelumnya.
Namun, tidak terdapat panduan yang spesifik mengenai hal tersebut pada saat ini. Larangan penggunaan yang diterapkan selama 90 hari belum sepenuhnya terpenuhi. Larangan tersebut baru berjalan separuhnya.Dengan demikian, Departemen Perdagangan AS memilih waktu lebih dari 1 bulan untuk membuat keputusan akhir mengenai hal tersebut. Pada saat yang bersamaan Huawei dan rekan dagangnya tengah melakukan lobi.
Lobi tersebut dilakukan untuk mencabut larangan tersebut. Larangan tersebut berakhir pada 19 Agustus mendatang. Sekalipun larangan tersebut dicabut sebelum penundaan berakhir, dampak yang dirasakan Huawei dan produknya sudah terlanjur sangat terasa. Huawei terpaksa menunda peluncuran besar beberapa produk andalannya, diantaranya laptop MateBook baru dan smartphone lipat Mate X.
Jadi, HP Huawei Sudah Bisa Pakai Android Sekarang?
Banyak yang menyambut positif pernyataan Trump di KTT G20 begitu juga dengan pertemuannya dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Namun, apakah pernyataan tersebut serta merta membuat produk Huawei bisa menggunakan sistem operasi Android? Jawabannya belum 100% jelas. Adapun pernyataan Trump tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan AS yang sebelumnya dilarang, kini dapat menjual produknya ke Huawei.
Namun, belum ada kabar jelas apakah Huawei akan kembali menggunakan Android dan beragam layanan Google lainnya. Publik masih harus menunggu paling tidak hingga Agustus mendatang untuk memastikan apakah Huawei akan kembali menggunakan Android dan layanan Google lainnya. Paling tidak, adanya pencabutan larangan tersebut merupakan sesuatu yang melegakan bagi Huawei dan para penggunanya.
Kendati demikian, hal tersebut tidak serta merta membuat AS tidak bisa kembali meninjau keputusan tersebut dengan alasan keamanan. Huawei masih masuk dalam daftar yang diawasi jika sewaktu-waktu kembali dianggap ‘membahayakan’ keamanan nasional AS. Larangan terhadap Huawei merupakan salah satu dampak buruk perang dagang yang dikobarkan DonaldTrump terhadap Tiongkok.
Huawei belum benar-benar bebas. Trump sendiri menyatakan bahwa status Huawei masih dalam perdebatan hubungan dagang antara AS dengan China. Keputusan pelarangan terhadap Huawei pun tidak mendapatkan respons positif, baik bagi masyarakat internasional maupun masyarakat AS sendiri. Qualcomm, Intel, dan perusahaan AS pembuat chip lainnya tidak tinggal diam menghadapi keputusan Trump tersebut.
Bagi mereka hal tersebut merupakan sesuatu yang merugikan. Secara rahasia dan senyap mereka kemudian melakukan lobi ke Departemen Dagang AS. Bagi Huawei dampak pelarangan tersebut sudah terlanjur dirasakan. Meskipum begitu Huawei tampak tenang menghadapi larangan tersebut. Huawei bahwa sudah mengembangkan OS sendiri jika di kemudian hari tidak bisa lagi menggunakan sistem operasi Android secara permanen.
Kembali Pakai Android, Bagaimana Nasib OS Ark?
Produk terakhir yang disebutkan sebenarnya ditunda perilisannya akibat direncanakan untuk mampu mendukung koneksi 5G. Lantas, bagaimana dengan pengerjaan sistem operasi Ark yang digadang-gadang akan menjadi OS produk Huawei pengganti Android? Kendati larangan tersebut dicabut dan Huawei dapat mengakses dan menggunakan Android, proses pengerjaan sistem operasi tersebut kemungkinan akan terus dilanjutkan.
Langkah tersebut merupakan langkah antisipasi jika larangan akibat perseteruan politik dan dagang antara AS dengan China terjadi di masa depan. Sekalipun tanpa adanya perseteruan tersebut, mengembangkan OS sendiri untuk produk Huawei bisa jadi akan menjadi prioritas untuk lepas dari ketergantungan terhadap produk dari pihak ketiga. Hal positif lain adalah, bukan tidak mungkin OS tersebut bisa mengganggu dominasi Android.
Kabar mengenai sistem operasi Ark yang siap diluncurkan untuk produk Huawei di masa depan santer diberitakan akhir-akhir ini. Bahkan, beberapa sumber informasi di China memberitakan bahwa perangkat Huawei dengan sistem operasi HongMeng akan meluncur Oktober ini. Sistem operasi HongMeng merupakan sistem operasi Ark untuk pasar Tiongkok. Smartphone yang diluncurkan beserta OS tersebut bukan dari segmen flagship.
Berdasarkan hal tersebut jangan harapkan Huawei Mate 30 akan diluncurkan beserta OS Ark. Kemungkinan besar smartphone yang akan dirilis dengan OS Ark tersebut merupakan smartphone kelas entry dan midrange serta dikhususkan untuk pasar dalam negeri saja. OS Ark ini digadang-gadang lebih cepat dari Android. Hal tersebut didasarkan pada tahap pengujian yang juga turut dihadiri oleh Oppo dan Vivo.
Alasan kenapa OS tersebut akan dirilis untuk pertama kalinya di China adalah karena OS tersebut kemungkinan belum memenuhi persyaratan untuk publik internasional. Akibatnya, Huawei membuat peluncuran tersebut tidak sebesar yang diperkirakan. Bukan tidak mungkin, jika Huawei berhasil mengembangkan OS ini dan ekosistemnya terus berkembang, OS ini akan dirilis pada samrtphone kelas atas Huawei, diantaranya Mate 30 dan P40 Series.
Kendati mengalami permasalahan dengan perusahaan AS akibat rivalitas AS dan China, Huawei diprediksi tetap akan menjadi produsen smartphone dengan penjualan yang terbesar kedua di dunia. Bagi perusahaan asal China ini, adanya masalah tersebut hanya memperlambat visi dan ambisi mereka untuk menjadi manufaktur multi-teknologi terbesar di dunia yang saat ini masih diduduki oleh perusahaan multi-teknologi asal Korea, Samsung.