Kabar mengenai putusnya hubungan kerja sama antara Google dengan Huawei cukup mendominasi pemberitaan di beberapa media. Dikutip dari Liputan 6 (liputan6.com), pemutusan hubungan kerja tersebut dilakukan berdasarkan perintah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Dengan tegas, Trump melarang Huawei berdiri di negaranya. Imbas dari pemutusan tersebut dapat berakibat fatal bagi pengguna smartphone Huawei.
Bagaimana tidak, Huawei akan kehilangan support terhadap pembaharuan pada sistem operasi Android. Artinya produk smartphone dari Huawei yang akan dirilis di luar Tiongkok tidak akan bisa menikmati dan menggunakan layanan aplikasi dari Google, contohnya Google Play dan Gmail. Lebih lanjut, Google juga akan menghentikan dukungan teknisnya untuk produk Huawei. Apa sebenarnya penyebab dari permasalahan tersebut?
Penyebab Putus Hubungan Kerja Huawei dengan Google?
Alasan keamanan merupakan jawaban kenapa permasalah tersebut terjadi. Dikutip dari Techradar (techradar.com), Trump mendeklarasikan “national emergency” untuk melindungi jaringan komunikasi AS. Huawei, sebagai perusahaan asing, dianggap membahayakan atau memiliki risiko membahayakan keamanan nasional. AS tidak akan mengambil risiko pada perusahaan yang berpotensi melakukan mata-mata atau sabotase.
Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh “perang dagang” antara AS dan Tiongkok sejak beberapa tahun ke belakang. Huawei yang memiliki keterikatan dengan pemerintah Tiongkok, dianggap melakukan aksi yang membahayakan keamanan AS. Akibatnya, pemerintah AS membatasi seluruh transaksi atau kerja sama antara perusahaan AS dengan perusahaan asing yang dianggap berpotensi membahayakan keamanan negara,
Kritikan terhadap pemutusan hubungan kerja antara Huawei dengan Google bermunculan sebagai respons kebijakan Trump tersebut. Kritikan ini tertuju pada alasan pemutusan yang dianggap berkaitan dengan perang dagang kedua negara. Banyak yang menilai keputusan tersebut dipicu oleh kompetisi dagang bukan alasan keamanan. Apapun alasan sebenarnya, pengguna produk Huawei dipastikan menjadi korban utamanya.
Fenomena putus kontrak Huawei-Google tersebut mengindikasikan pengaruh politik global yang semakin kuat pada dunia teknologi dan informasi. Permasalahan tersebut menjadi semacam peringatan untuk perusahaan smartphone asal Tiongkok yang semakin merajalela dengan produk murah fungsionalnya. Tentu, tidak semua mengalami kerugian atau merespons negatif permasalahan Huawei dan Google tersebut.
Ada pihak yang mendapatkan dampak positif dari permasalahan tersebut. Di antara sekian brand smartphone, Apple bisa jadi merupakan pihak yang paling diuntungkan. Selama ini, Huawei terbukti mampu menjadi pesaing ketat Apple dalam hal ranking global. Selain itu, secara perlahan Huawei mampu melakukan penetrasi pada segmen smartphone premium yang selama ini dikuasai oleh smartphone premium dari Apple.
Yang Akan Terjadi Selanjutnya bagi Pengguna Huawei
Putusnya hubungan kerja sama antara Huawei dengan Google menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlangsungan layanan dan produk Huawei. Beragam pertanyaan mengenai keberlangsungan layanan dan eksistensi produk tersebut terus bermunculan. Hal yang pasti, semenjak Google menyatakan pemutusan hubungan kerja sama dengan Huawei, Anda tidak bisa lagi melakukan pembaharuan sistem Android.
Dikutip dari Wired (wired.co.uk), pemilik smartphone Huawei dan Honor sepertinya tidak akan menerima pembaharuan major pada sistem Android. Kemungkinan skenario terburuknya, Anda tidak bisa menggunakan semua layanan Google sama sekali, termasuk Google Play dan Gmail. Untungnya, Google sudah memberikan konfirmasi, tidak akan mem-blok pembaharuan keamanan dan aplikasi untuk perangkat Huawei.
Apakah ini akan menjadi akhir bagi Huawei? Tentu saja tidak. Ada kemungkinan Huawei masih bisa bernegosiasi dengan pemerintah AS dan membuktikan dirinya aman dan tidak memiliki risiko sabotase dan mata-mata. Google juga tentu tidak naif dan pasti tengah melakukan semacam review terhadap permasalahan yang terjadi. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dan diambil hikmahnya dari permasalahan Google dan Huawei.
Hikmah terbesar dari permasalahan tersebut adalah urgensi untuk menciptakan sistem operasi yang lebih baik atau paling tidak, sama baiknya dengan Android. Untuk mengantisipasi klaim ‘membahayakan’ terjadi lagi di masa depan, yang merupakan produk politik tersebut, dunia tidak boleh bergantung pada satu sistem operasi. Tidak boleh ada dominasi dan ketergantungan. Android haus ditantang atau bahkan digantikan jika perlu.
Jadi, Harus Pindah Merek Smartphone Gitu?
Bagaimana respons pengguna smartphone Huawei terhadap permasalahan tersebut? Permasalahan terbesar yang muncul akibat pemutusan hubungan kerja adalah sistem operasi Android yang terpasang tidak lagi didukung oleh pembaharuan. Apa mungkin Huawei membuat sistem operasi sendiri? Mungkin saja dan bahkan rumor terkait pembuatan OS oleh Huawei untuk perangkatnya berhembus akhir-akhir ini.
Mengutip Digital Trends (digitaltrends.com), Huawei dirumorkan tengah mengembangkan OS baru yang dapat menjalankan aplikasi Android. Lebih lanjut, OS tersebut cukup fleksibel untuk digunakan di smartphone, komputer, tablet, televisi, dan bahkan mobil. Sebelumnya, kabar mengenai Huawei yang tengah mengembangkan OS alternatif Android juga pernah berhembus pada tahun 2018. Maukah Anda menunggu Huawei membuat OS baru?
Para pengguna loyal Huawei akan kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal yang sama juga terjadi bagi mereka yang baru membeli smartphone Huawei. Langkah paling realistis tentu saja mengganti smartphone Huawei dengan merek lain. Keputusan mengenai hal tersebut kembali lagi kepada para penggunanya. Apakah Anda cukup loyal dengan Huawei atau memilih lebih rasional dengan mencari smartphone merek lain.